Jakarta Memakai Bahasa Apa

Jakarta Memakai Bahasa Apa

We're doing our best to make sure our content is useful, accurate and safe.If by any chance you spot an inappropriate comment while navigating through our website please use this form to let us know, and we'll take care of it shortly.

SRIPOKU.COM - Apa hukum memakai emas putih dan platinum untuk laki-laki? Begini penjelasan Buya Yahya.

Dalam Islam, laki-laki tidak diperkenankan untuk memag terbuat dai sutera.

Hal ini lantaran emas jika dipakai oleh laki-laki akan memicu adanya penyakit Alzheimer.

Jika laki-laki memakai emas maka butiran-butiran debu akan masuk ke dalam darah, hal inilah yang menimbulkan penyakit berbahaya

Penyakit Alzheimer adalah gangguan pada otak yang menyebabkan penurunan daya ingat, kemampuan berpikir dan bicara, serta perubahan perilaku.

Akan tetapi bagi perempuan diperbolehkan untuk memakainya.

Perempuan diperkenankan memakai emas lantaran butiran-burtiran debu dari emas yang masuk ke dalam darah akan keluar saat datang bulan atau haid.

Namun, perhiasan tak hanya terbuat dari emas, melainkan perak dan lainnya juga ada.

Lantas, bagaimana dengan emas putih dan platinum? Apakah hukumnya jika lelaki memakainya?

Berikut penjelasan Buya Yahya mengenai hukum emas putih dan platinum bagi laki-laki yang dibagikan melalui kanal YouTube Al-Bahjah TV.

Baca juga: Bolehkah Kita Membaca Huruf Latin Dalam Mengaji? Begini Hukum Membaca Alquran Ibarat Dagang Tak Rugi

Pembahasan mengenai hukum emas putih dan platinum bagi laki-laki diawali dari pertanyaan berikut ini.

"Apakah hukum emas putih, apakah sama dengan emas kuning? Menurut informasi yang pernah saya baca ternyata emas putih itu komposisinya sekian persen merupakan dari emas asli, apakah hukumnya tetap seperti bahan platinum sehingga pria halal memakainya atau hukumnya juga sama dengan emas kuning yang lelaki haram memakainya?," tanya seorang jemaah.

Buya Yahya memberikan tanggapan dan menjelaskan bahan emas putih bukanlah platinum.

"Emas putih bukanlah platinum, jadi ada emas kuni dan emas putih, yang menjadi sebab haram bagi laki-laki adalah kadar emasnya, kalo emas putih dicampur dengan bahan nikel dan sebagainya, berarti di dalamnya ada emas, dan emasnya pun tidak sedikit sampai 50 persen lebih maka haram bagi kaum laki-laki," terang Buya Yahya.

1. Flowchart menjelaskan proses transaksi penarikan tunai di ATM yang terdiri dari 7 langkah mulai dari masukkan kartu ATM, memasukkan PIN, memilih jenis transaksi, menginput nominal yang diinginkan, mencetak uang sesuai nominal, mengambil uang tunai dan struk, serta keluar dari mesin ATM.

Ketergantungan manusia modern pada narkoba dan alkohol memunculkan dugaan mungkin mabuk-mabukan adalah tradisi kuno, bahkan sejak masa prasejarah. Dua hal itu bahkan mungkin mendorong tumbuhnya suatu peradaban.

“Minum dapat membantu orang bersosialisasi, mengubah perspektif, mendorong kreativitas, dan kafein membuat kita produktif,” catat laman Phys.

Kemungkinan lain bisa jadi zat psikoaktif dikembangkan sebagai respons terhadap penyakit peradaban. Masyarakat besar menciptakan masalah besar, seperti perang, wabah penyakit, ketidaksetaraan dalam kekayaan dan kekuasaan.

“Mungkin ketika orang tidak dapat mengubah keadaan mereka, mereka memutuskan untuk mengubah pikiran mereka,” lanjut laman itu.

Sayangnya, menelusuri asal-usul kapan manusia membutuhkan narkoba sebagai pengalih pikiran tak mudah. Hanya sedikit bukti arkeologi yang bisa menunjukkan penggunaan narkoba pada masa prasejarah.

Benih ganja muncul di dalam penggalian arkeologi di Asia dan diketahui usianya 8.100 SM. Data arkeologi pun menunjukkan opium pertama kali digunakan di Eropa pada 5.700 SM. Sejarawan Yunani Kuno Herodotus melaporkan orang Skit mulai kecanduan gulma pada 450 SM.

“Orang-orang menemukan opium dari bunga popi di Mediterania, ganja dan teh di Asia,” tulis Phys.

Namun, bisa jadi leluhur manusia sudah bereksperimen dengan zat adiktif sebelum dibuktikan data arkeologis. Batu dan tembikar terawetkan dengan baik, tetapi tanaman dan bahan kimia cepat membusuk.

Sejauh ini bukti arkeologi menunjukkan penemuan dan penggunaan intensif zat psikoaktif kebanyakan berasal dari masa revolusi neolitik pada 10.000 SM. Itu saat manusia telah menemukan cara bertani dan hidup menetap.

Baca juga: Asal-Usul Kopi

Secara historis zat psikoaktif telah digunakan oleh pendeta dalam upacara keagamaan. Sebagaimana menurut Marc-Antoine Crocq, ahli psikiatri Prancis, dalam “Historical and Cultural Aspects of Man’s Relationship with Addictive Drugs” jurnal Dialogues Clin Neurosci. 2007 Dec; 9(4), manusia pada awalnya mungkin menemukan efek psikoaktif dari beberapa tanaman melalui hewan ternak mereka.

“Tradisi mengatakan bahwa para pendeta Ethiopia mulai memanggang dan merebus biji kopi agar tetap terjaga sepanjang malam untuk berdoa. Itu setelah seorang gembala memperhatikan bagaimana kambingnya bermain-main setelah makan di semak-semak kopi,” tulis Crocq.

Lalu ada jamur Amanita muscaria yang mengandung zat halusinogen. Jamur ini, menurut Crocq, telah digunakan dalam ritual keagamaan di Asia Tengah setidaknya selama 4.000 tahun. Amanita muscaria memiliki makna religius di India kuno.

“Anak-anak [modern] mengenal jamur merah dengan bintik putih yang indah ini dari ilustrasi dongeng dan kartu Natal,” jelasnya.

Sementara di Amerika, penduduk aslinya telah mengenal efek dari kaktus peyote, kaktus san pedro, morning glory, datura, salvia, anadenanthera, ayahuasca, dan lebih dari 20 spesies jamur psikoaktif. Pernah ada temuan berupa sisa buah kaktus peyote berbentuk kancing berusia 4.000 SM menurut penanggalan karbon. Penduduk asli di Meksiko pra-Columbus dan juga Navajo di barat daya Amerika Serikat, menggunakan kaktus peyote (Lophophora williamsii) untuk memicu keadaan introspeksi spiritual. Kaktus ini mengandung efek psikoaktif, terutama mescaline.

Temuan patung berbentuk jamur dari Meksiko mengisyaratkan penggunaan jamur jenis psilocybe pada 500 SM. Jamur ini diketahui mengandung zat halusinogen.

Opium dari bunga popi oleh bangsa Sumeria pada akhir milenium ke-3 SM disebut dengan istilah “gil”, artinya kegembiraan.

Biji-bijian dari bunga popi juga dipercaya menjadi obat untuk mencegah tangisan berlebihan pada anak-anak. Ini terbaca dalam Papirus Ebers dari sekira 1500 SM, salah satu dokumen medis tertua umat manusia. Pertama-tama biji popi disaring menjadi bubur dan diberikan kepada pasien selama empat hari berturut-turut.

Stewart Ross dalam The First of Everything: a Celebration of Human Invention mencatat, Paracelsus (1493–1541), alkimiawan dari Swiss, adalah yang pertama kali meresepkan laudanum atau ekstrak alkohol dari opium pada 1525. Resep ini untuk obat pereda nyeri.

Pada abad ke-19, laudanum secara luas digunakan pada orang dewasa dan anak-anak. Mereka memakainya untuk berbagai penyakit, seperti insomnia, penyakit jantung, dan infeksi.

“Kelas pekerja sebagian besar mengonsumsi laudanum karena lebih murah daripada gin atau anggur, karena lolos dari pajak,” jelas Ross.

Morfin pertama kali digunakan oleh ahli kimia Jerman, Friedrich Serturner pada sekira 1804. Tiga tahun kemudian morfin mulai dijual.

Sementara ahli bedah China, Hua Tuo (sekira 140–208 M) mendapat kredit atas penggunaan pertama kali ganja sebagai obat bius. “Meskipun orang Mesir hampir pasti menggunakannya sebelum ini,” tulis Ross.

Orang-orang asli Amerika juga menemukan cara menghirup tembakau dan halusinogen melalui hidung. “Mereka adalah orang pertama yang menghirup narkoba, praktik yang kemudian dipinjam orang Eropa,” tulis laman Phys.

Crocq berpendapat, persoalan kehilangan kendali dan penyalahgunaan zat-zat adiktif mulai menjadi bahan diskusi pada abad ke-17. Isu-isu yang diperdebatkan seperti apakah kecanduan itu dosa atau penyakit, sehingga mana yang perlu dilakukan, pengobatan moral atau medis? Didiskusikan pula soal apakah pemakaian zat adiktif ini berkaitan dengan kerentanan dan psikologi seseorang. Diperdebatkan juga apakah zat ini harus diatur penjualannya atau tetap bisa diperjualbelikan secara bebas.

Baca juga: Candu untuk Revolusi Indonesia

Pada awal abad ke-20, ensiklopedia di negara-negara Barat masih menyatakan bahwa orang dengan kesehatan mental dan fisik yang baik dapat menggunakan opium tanpa risiko ketergantungan.

Namun, opium adalah contoh dari zat yang pola penggunaannya berubah pada beberapa abad terakhir. Dari obat yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit dan anestesi menjadi zat yang terkait dengan penyalahgunaan dan ketergantungan.

Sama halnya dengan metode fermentasi gandum yang mengandung pati untuk kemudian menghasilkan bir dengan kandungan alkohol sekira 5 persen. Proses fermentasi yang sama dengan anggur menghasilkan kandungan alkohol hingga 14 persen. “Orang bisa minum alkohol dengan kekuatan 50 persen dan lebih, membuatnya lebih mudah untuk mabuk,” lanjut Crocq. “Demikian pula rokok yang memungkinkan nikotin dapat diserap dengan cepat.”

Pada era kolonial, revolusi industri, dan perdagangan internasional, kecanduan menjadi masalah kesehatan masyarakat global. Pada abad ke-18, potensi kecanduan opium diakui ketika sejumlah besar orang Tiongkok menjadi kecanduan. Pemerintah Tiongkok berusaha menekan penjualan dan penggunaannya.

Baca juga: Bisnis Candu Kompeni Belanda

Di Eropa, kelas pekerja terancam pula oleh kecanduan alkohol. Emil Kraepelin, psikiater Jerman yang berpengaruh besar pada pembentukan psikiatri modern, menjadi salah satu yang memerangi alkohol. Dia menerbitkan data psikometrik pertama tentang pengaruh teh dan alkohol pada awal 1890-an. Sebagai hasil dari penelitiannya, dia sampai pada kesimpulan bahwa kecanduan alkohol kronis memicu lesi otak kortikal yang menyebabkan penurunan kognitif permanen.

Sigmund Freud, ahli ilmu saraf yang sezaman dengan Kraepelin, kemudian melakukan pendekatan psikologis terhadap efek kecanduan. Konsekuensinya, kecanduan alkohol, opiat, dan bahkan perjudian telah dikelompokkan bersama di bawah penyebutan yang sama. Namun, itu dianggap sebagai ekspresi berbeda dari satu sindrom kecanduan yang mendasarinya.

“Menariknya, Al-Qur’an memperingatkan soal anggur (khamr) dan perjudian (maisir) dalam surat yang sama (Al-Baqarah: 219),” jelas Crocq.

Demikianlah orang-orang terdahulu menyempurnakan psikotropika menjadi lebih kuat. Lalu membuat efek yang lebih cepat. “Berujung pada penyalahgunaan,” tulis Crocq.

Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!

Dari Wikikamus bahasa Indonesia, kamus bebas

Promo Terbatas Layanan Jasa Penerjemah (Pesan Via WhatsApp) Gratis Konsultasi Sekarang!!!

Anda mungkin ingin melihat