Memanajemen komunikasi antar karyawan
Perusahaan tentu ingin karyawannya bertahan lama dan tidak berpaling ke kompetitor sekaligus mengurangi angka turn over.
Komunikasi yang baik akan membantu perusahaan menurunkan turn over. Manager dan HRD perlu terbuka dalam hal komunikasi dengan karyawan. Melalui komunikasi yang terbuka, Anda bisa memahami apa yang dipikirkan karyawan Anda.
Dengan begitu, Anda dapat menangani masalah sejak dini dan meminimalisir karyawan meninggalkan perusahaan. Apabila masalah muncul dari gaji atau rekan kerja, Anda dapat memberikan solusi dan alternatif agar perusahaan dan karyawan sama-sama diuntungkan.
Menanam Budaya dan Lingkungan Kerja yang Ramah Teknologi
Jika kita membicarakan teknologi itu artinya kita membicarakan kemudahan. Membudayakan teknologi pada perusahaan adalah sebagai langkah untuk memenuhi keperluan karyawan. Seperti menggunakan teknologi pada aplikasi akuntansi untuk memenuhi bagian akuntan atau keuangan perusahaan dalam melakukan tugas nya.
Contoh lainnya adalah dengan menyediakan laptop pribadi untuk keperluan kerjanya. Terlebih lagi disaat pandemi atau krisis lingkungan seperti ini, Anda harus bisa membekali setiap karyawan dengan laptop kantor agar mereka tidak lagi kebingungan saat bekerja di rumah.
Baca juga: Warehouse Management System (WMS): Pengertian, Konsep dan Kelebihannya
Masuk keluarnya karyawan pada suatu perusahaan adalah hal yang sudah sangat umum terjadi. Tapi, bila hal tersebut sering sekali terjadi, maka akan memberikan dampak negatif untuk perusahaan. Untuk itu, pihak perusahaan harus bisa menurunkan angka employee turnover ini seminimal mungkin agar tidak terjadi kerugian yang lebih parah.
Selain itu, perusahaan juga harus mampu mengelola keuangannya dengan rapi agar kerugian lainnya bisa ditekan. Nah, untuk membantu Anda sebagai seorang pebisnis untuk mengelola keuangan, Anda bisa menggunakan aplikasi akuntansi dari Accurate Online.
Accurate Online adalah aplikasi akuntansi yang memberikan berbagai fitur keuangan terlengkap untuk kebutuhan bisnis Anda, seperti laporan keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan moda, dll.
Selain itu, aplikasi ini juga menyediakan fitur lain yang mampu membantu manajemen perusahaan Anda, seperti fitur payroll, persedian, stock opname, dll.
Tertarik? Anda bisa mencoba menggunakan Accurate Online secara gratis selama 30 hari melalui tautan pada gambar di bawah ini:
Kurang Adanya Kesempatan Bertumbuh
Ada kalanya karyawan baru belum bisa melakukan adaptasi secara baik. Mereka membutuhkan waktu lebih untuk bisa belajar dan berkembang. Semakin karyawan diberikan waktu yang cukup untuk beradaptasi, maka tingkat employee turnover akan berkurang secara otomatis.
Seringkali, kesempatan untuk berkembang ini menjadi penyebab meningkatnya angka employee turnover. Untuk menghindari masalah ini, maka diperlukan adanya program orientasi karyawan untuk karyawan yang baru bergabung.
Labor Turnover Statistics: What Is Considered a High Turnover Rate?
While the exact threshold for what is considered a high turnover rate varies depending on the industry and region, LinkedIn data suggests that the average turnover rate across industries and sectors is 10.6%. If your turnover is higher than this rate, it could suggest you have a higher-than-average departure of employees.
Turnover rates can also be affected by larger economic forces, like a recession or the recent COVID-19 pandemic. According to Bureau of Labor Statistics data, turnover rates reached a decade high during the Great Resignation from the end of 2021 and into 2022. Since then, turnover rates have normalized.
It's important to note that high turnover can also be relative to industry standards. For example, certain sectors, like hospitality or retail, may naturally experience higher turnover rates because of seasonal demands or the availability of temporary employment. Therefore, it is crucial to consider industry-specific norms and compare the turnover rate within the context of similar businesses to determine whether it is high or falls within an expected range.
While numbers can vary depending on the source, according to LinkedIn, industries with higher-than-average turnover include:
Turnover Karyawan Baru
Ketika sebuah perusahaan ingin mengevaluasi proses orientasi dan perekrutan karyawan baru, ia dapat menghitung pergantian karyawan barunya. Ini membantu mereka menentukan mengapa karyawan baru dapat memutuskan untuk meninggalkan perusahaan. Alasan untuk ini mungkin karena mereka tidak nyaman dengan lingkungan kerja, tugas pekerjaan mungkin tidak seperti yang mereka harapkan atau mereka merasa tidak cocok dengan perusahaan atau tim mereka.
Menentukan tingkat pergantian karyawan dapat membantu para pemimpin dan manajer SDM memutuskan apa yang dapat diubah dengan proses perekrutan dan pelatihan baru mereka untuk mempertahankan karyawan baru sebagai karyawan jangka panjang.
Cara Menurunkan Angka Employee Turnover
Pada dasarnya, tidak ada cara pasti untuk bisa membuat karyawan untuk memiliki rasa loyalitas yang tinggi pada perusahaan Anda. Tapi, bila Anda mencoba memahami apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh karyawan, maka Anda sudah menuju pada arah yang tepat.
Beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk menurunkan angka employee turnover adalah sebagai berikut:
Causes of high or low turnover
Turnover can vary significantly based on time and industry. For example, the US 2001 - 2006 annual turnover rate for all industry sectors averaged 39.6% prior to seasonal adjustments,[29] while the leisure and hospitality sector experienced an average annual rate of 74.6% during this same period.[30] The average total of non-farm seasonally adjusted monthly turnover was 3.3% for the period from December 2000 to November 2008.[31][non sequitur]
High turnover often means that employees are dissatisfied with their jobs, especially when it is relatively easy to find a new one.[32] It can also indicate unsafe or unhealthy conditions, or that too few employees give satisfactory performance (due to unrealistic expectations, inappropriate processes or tools, or poor candidate screening). The lack of career opportunities and challenges, dissatisfaction with the job-scope or conflict with the management have been cited as predictors of high turnover.
Each company has its own unique turnover drivers so companies must continually work to identify the issues that cause turnover in their company. Further the causes of attrition vary within a company such that causes for turnover in one department might be very different from the causes of turnover in another department. Companies can use exit interviews to find out why employees are leaving and the problems they encountered in the workplace.
Low turnover indicates that none of the above is true: employees are satisfied, healthy and safe, and their performance is satisfactory to the employer. However, the predictors of low turnover may sometimes differ than those of high turnover. Aside from the fore-mentioned career opportunities, salary, corporate culture, management's recognition, and a comfortable workplace seem to impact employees' decision to stay with their employer.
Many psychological and management theories exist regarding the types of job content which is intrinsically satisfying to employees and which, in turn, should minimise external voluntary turnover. Examples include Herzberg's two factor theory, McClelland's theory of needs, and Hackman and Oldham's job characteristics model.[33]
Evidence suggests that distress is the major cause of turnover in organizations.[34]
A number of studies report a positive relationship between bullying, intention to leave and high turnover. In some cases, the number people who actually leave is a “tip of the iceberg”. Many more who remain have considered leaving. In O’Connell et al.’s (2007) Irish study, 60% of respondents considered leaving whilst 15% actually left the organisation.[35] In a study of public-sector union members, approximately one in five workers reported having considered leaving the workplace as a result of witnessing bullying taking place. Rayner explained these figures by pointing to the presence of a climate of fear in which employees considered reporting to be unsafe, where bullies had “got away with it” previously despite management knowing of the presence of bullying.[35]
One can rather easily spot an office with a bullying problem - there is an exceptionally high rate of turnover. While not all places with high personnel turnover are sites of workplace bullying, nearly every place that has a bully in charge will have elevated staff turnover and absenteeism.[36]
Kerugian Finansial
Merekrut karyawan baru bukanlah suatu hal yang mudah dan juga murah. Perekrutan akan memakan banyak biaya, mulai dari membayar vendor untuk membuka lowongan kerja, proses interview, pelatihan, sampai memilih karyawan yang memiliki kemampuan yang sama dengan karyawan sebelumnya. Terlebih lagi bila Anda harus membayar pesangon untuk karyawan yang resign.
Manajer yang Buruk
Umumnya, manager yang buruk akan lebih banyak memberikan tekanan pada karyawan. Walaupun tidak semua manajer seperti itu, namun manager yang buruk akan beranggapan bahwa karyawan yang ada dibawahnya sebagai pelampiasan amarah atas kesuksesannya.
Untuk mengurangi kasus ini, ada baiknya pihak perusahaan memberikan pelatihan kepemimpinan pada manajer. Pelatihan kepemimpinan akan memberikan wawasan segar pada manager untuk bisa memperlakukan bawahannya dengan baik.
Membuat program untuk melibatkan employee engage
Karyawan yang pergi ke kompetitor bisa karena kurang terlibat dengan perusahaan dan pekerjaan yang dia jalani atau tidak terhubung dengan rekan kerja serta orang kantor.
Oleh karena itu, Anda bisa membuat program untuk meningkatkan employee engagement seperti mengadakan mini games, outbound, atau friday fun day. Dengan begitu, kekerabatan di antara pekerja bisa tercipta.